Di dalam rumah ditemai rintik hujan, malam hari, aku melihat anak kecil sendiri. Dia terlihat mungil dengan pipi gembul, mata sipit rambut sebahu dan saat tersenyum terlihat gigi ompong di geraham kanan bawah. Anak itu kadang tersenyum sambil melambaikan tangannya padaku.
Aku mencoba mengerjapkan mata. “Apakah aku halusinasi? Siapa anak kecil itu? Bagaimana bisa dia di luar sana saat hujan seperti ini? Apakah orang tuanya tidak mencarinya?”
Beribu pertanyaan muncul dan berlarian di kepalaku. Beberapa kali aku menolehkan kepala ke sekitar jendela, berharap mungkin saja anak itu sedang tersenyum pada orang lain yang ada di sekitar rumahku.
Faktanya…. Nihil…..
Aku tak menemui satu orang pun dan anak itu masih tersenyum. Padaku. Senyumnya manis tapi rasanya pahit. Ah, rasa apa ini?
Dengan ragu, aku mengangkat tangan kananku seraya melambaikan tangan dan anehnya, dia pun melambaikan tangannya.
Pelan tapi pasti, anak itu mendekat ke arahku. Dia menerobos hujan tapi dia tak terlihat seperti kehujanan.
Aku merinding. Aku sama sekali tak berharap dia akan mendekat. Nafasku tercekat dan rasanya, ludahku terhenti di tenggorokan. Lidahku kelu dan mataku tiba-tiba berkaca.
“Menangislah!” katanya lirih. “Menangislah hari ini.”
Entah sihir apa yang dia berikan padaku, air mataku tiba-tiba luruh. Tes… tes…. Mataku memburam. Oksigen pun rasanya tidak sanggup masuk ke dalam hidungku.
“Menangislah!” katanya lagi dan aku tersedu, tergugu.
Aku menggigit bibir bawahku memaksa agar tidak ada suara yang keluar dan menggaggu di tengah malam.
“Lepaskan!”
“Argh, hk hk.” Tangisku makin keras dan anehnya, suaraku tak membuat orang bangun.
“Menangislah! Walaupun kamu merasa sendiri, lepaskan apa yang kamu rasakan.”
Entah berapa lama aku menangis hingga rasanya mataku sembab dan hidungku meler tak karuan. Aku mendongak dan melihat anak kecil itu.
Samar tapi kemudian aku sadar, anak kecil itu adalah aku.
Anak kecil itu adalah sosokku dalam diriku.
Anak kecil itu adalah jiwaku yang masih menjaga kewarasanku.
Anak kecil itu adalah lukaku.
Dan…. anak kecil itu adalah obat untuk diriku saat kelabu.